Kalender

Selasa, 03 Mei 2016

Kentongan Sebagai Alat Komunikasi Tradisional

KENTONGAN SEBAGAI ALAT BERKOMUNIKASI TRADISIONAL





Disusun oleh:
Titis Dewo Sandy
14.M1.0056
Ilmu Komunikasi


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
FAKULTAS ILMU HUKUM DAN KOMUNIKASI






BAB 1
PENDAHULUAN

  1.     Latar Belakang
        Komunikasi adalah interaksi manusia sebagai makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri tanpa campur tangan manusia lainnya, untuk menyampaikan pesan dengan pemahaman dan pernafsiran yang sama. Mulai dari kapan manusia mampu berkomunikasi belum diketahui sampai saat ini, tidak ada data autentik yang menjelaskan mengenai hal ini. Manusia mulai berkomunikasi menggunakan lambang-lambang yang kemudian manusia mempunyai kemampuan untuk mengartikan lambang-lambang tersebut melalui bahasa verbal.
Terlihat dalam kehidupan manusia di masa lalu, usaha manusia yang ingin berkomunikasi lebih jauh. Dari hal ini penulis ingin menyajkan salah satu bentuk komunikasi manusia di masa lalu (tradisional), dalam menjalin komunikasi dengan manusia lain. Bentuk komunikasi yang diangkat dalam tulisan ini adalah KENTONGAN.
KENTONGAN adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi pada jaman dahulu dan sampai saat ini di beberapa tempat masih ada yang menggunakannya. Kentongan pada dasarnya digunakan untuk memberikan tanda kepada masyarakat ada di sekitar tempat bahwa sedang terjadi sebuah peristiwa.

  2.     Tujuan
       o   Menjelaskan komunikasi dan fungsi dari komunikasi itu sendiri dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
      o  Mengangkat serta memperkenalkan kebudayaan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi



 3.     Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan penulisan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah “ Mengapa kentongan dianggap sebagai alat untuk berkomunikasi? “

 4.     Manfaat
       I.            Bagi Masyarakat
Dengan tulisan ini penulis ingin memberikan sekaligus menaruh harapan kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan keberadaan Kentongan sebagai alat berkomunikasi.
    II.            Bagi Akademisi
Dengan tulisan ini penulis ingin memberikan dan menjelaskan kepada para akademisi sebuah  kekayaan budaya di Indonesia
   





BAB 2
Pembahasan

A.   Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.  Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another). (Wikipedia bahasa Indonesia)
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13).
Dalam perspektif sosiologi, makna terpenting dalam komunikasi adalah pemahaman dan penafsiran yang sama terhadap simbol-simbol, sehingga mungkin saja terjadi kontak sosial.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana yang mengkhususkan diri pada masalah komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adala suatu transaksi yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan : membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkh laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tinkah laku itu”.

Fungsi Komunikasi
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai fungsi komunikasi:

Menurut Thomas M Scheidel
Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.

Menurut Gordon I. Zimmerman et al
Tujuan komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Menurut Rudolf F. Verderber
Komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi social, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertent, seperti: apa yang akan kita makan pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar menghadapi tes.

Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

Unsur-unsur Komunikasi
Berdasarkan perkembangan ilmu komunikasi unsur-unsur komunikasi terdiri sebagai berikut:

1.  Sumber
Adalah pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber biasa disebut juga komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau decoder.

              2.  Pesan

Adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.

              3.  Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk   memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4.  Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasa disebut komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

5.  Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa tergantung dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. (De Fleur, 1982)

6.  Umpan Balik
Adalah suatu bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh pesan yang diterima.


     B.   Kentongan
Pengertian dan Sejarah Kentongan


          Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan kentongan atau kentung-kentung  sebagai bunyi-bunyian yang berasal dari bambu atau kayu berongga, dibunyikan  atau dipukul untuk menyatakan tanda waktu atau tanda bahaya atau mengumpulkan massa. Kentongan atau kentungan sehubungan bunyinya “thung, thung (Jawa). Agak mirip dari “Kamus Umum Bahasa Indonesia’ tersebut, dalam buku “Ensiklopedi Umum” menyebutkan kentongan juga terbuat dari kayu atau bambu dengan panjang yang berbeda-beda. Di tengah-tengah terdapat alur/rongga memanjang. Bila kentongan dipukul dengan tongkat pemukul, udara di dalamnya beresonansi, sehingga memperkuat suara.
 
Kentongan ternyata memiliki sejarah panjang, kentongan ternyata memiliki fungsi social dan religi. Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi.
Sedang di Indonesia tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Bahan untuk membuat kentongan dari banbu atau kayu. Kentongan dari bahan kayu dapat dibuat berbentuk ikan,  tubuh orang, kepala raksasa, dll. Bila  dari  pangkal batang kayu atau bambu cenderung kentongan itu kecil. Diameter kayu akan menentukan  besarnya rongga, berarti menetukan keras-lemahnya suara. 
          Besar-kecilnya kentongan yang dipajang atau digantung di bagian depan rumah sangat erat hubungannya dengan status social dan kekayaan seseorang. Rumah seorang Jagabaya atau pemuka masyarakat akan terpasang kentongan cukup besar. Kentongan besar dan indah akan menghiasi rumah adat, rumah joglo, dll. 
          Bila pada siang atau malam hari terdengar bunyi kentongan, orang akan memberikan perhatian padanya sambil dengan seksama menghitung tabuhan  (pukulan) yang akan menyusul. Dari frekuensi pukulan dengan irama yang berbeda untuk setiap peristiwa, diketahuilah apa yang sedang terjadi dan strategi apakah yang harus disiagakan untuk menghadapinya. Pada malam hari di  pedukuhan-pedukuhan terpencil para petugas ronda sering menyatakan kehadirannya melalui bunyi tetekan (kothekan, Jawa). Peronda sering membawa kentongan  yang terbuat dari bambu. Pejabat Pemerintah Desa/Kalurahan di  bidang keamanan (Jagabaya, Jawa) sering membunyikan  kentongan tanda aman sekaligus menyatakan waktu.


Tanda Bunyi Kentongan
Menyadari bahwa kentongan sebagai alat komunikasi kurang diperhatikan warga masyarakat, serta dalam rangka mensosialisasikan kentongan, maka Pemerintah Daerah di lingkungan DIY mengeluarkan Instruksi Gubernur KDH-DIY nomor: 5/INST/1980 tertanggal 26 Mei 1980 tentang tanda bunyi kentongan, sebagai berikut:

Keadaan aman 
Tanda bunyi: ----- V ----- (doro muluk satu kali)
Artinya: keadaan aman atau keadaan aman kembali.

Keadaan siap /waspada 
Tanda bunyi: 0 0. 0 0. 0 0 dst (dua dua)
Artinya :
1.  Kemungkinan timbul bencana alam /kejahatan. 
2.  Keadaan samar-samar /mencurigakan
3.  Mempersiapkan diri.

Kejahatan Khusus
Tanda bunyi: 0 0 0. 0 0 0. 0 0 0  dst (tiga-tiga). 
Artinya: pertama, ada raja kaya (kerbau, sapi, kuda) hilang. Kedua, ada pencurian alat komunikasi. Ketiga, ada pencurian biasa /ringan.

Kejahatan besar
Tanda bunyi: 0000000. 0 – 0000000. 0 – 0000000 (tujuh gandul). 
Artinya: pertama, ada penggedoran (perampokan). Kedua, ada pencurian dengan perlawanan. Ketiga, ada pembegalan/penjambretan. Keempat, ada pembunuhan (rajapati). Kelima, ada penjambretan dengan sepeda motor/kendaraan bermotor.

Bencana Alam 
Tanda bunyi: 0000000000 (gobyok/titir). 
Artinya: pertama, ada banjir biasa/lahar dingin. Kedua, ada angin topan/ribut. Ketiga, ada kebakaran. Keempat, ada tanah longsor. Kelima, ada gunung berapi meletus. Keenam, ada binatang buas. 

Kematian 
Tanda bunyi: ----- V ----- , ----- V ----- (doro muluk 2 kali).  
Artinya: ada orang meninggal dunia (layatan).

Kelebihan Kentongan
Kentongan dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara. Kentongan dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus.

Kelemahan Kentongan
Kentongan masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi utama dalam dunia modern ini. Walaupun moderenisasi sudah menggeser pemakain kentongan dengan alat-alat canggih lainnya, namun kentongan belum mampu tergantikan di dusun-dusun yang masih menjadikan alat ini sebagai sarana pemanggil dan pemersatu masyarakat yang efektif.



BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Komunikasi memiliki banyak media dari jaman dulu (tradusional) hingga sekarang (modern) tetapi tetap mempunyai tujuan dan fungsi yang sama. Kentongan menjadi salah satu bentuk media komunikasi jaman dulu (tradisional) yang hampir digunakan diseluruh nusantara. Bahkan mungkin sampai sekarang ada beberapa daerah yang masih memanfaatkan kentongan sebagai media komunikasi. Jaman dulu kentongan memiliki simbol-simbol dan mitos yang melekat kuat¸ tidak hanya sebagai media berkomunikasi saja. Namun sekarang dengan berkembangnya jaman, para generasi muda banyak yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan kentongan. Sekarang kentongan hanya digunakan sebagai aksesoris rumah agar terlihat seperti rumah kuno dan menarik perhatian tamu. Sebaiknya kita tetap menjaganya supaya tidak lenyap ditelan jaman karena kentong merupakan salah satu sejarah/budaya komunikasi di Indonesia.

Saran
                   Sebagai sebuah warisa budaya asli Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan keberadaan kentongan. Walaupun di jaman modern ini sudah jarang ditemui kentongan sebagai alat/media untuk berkomukasi, namun kita harus tetap menjaga keberadaan kentong sebagai warisan budaya asli Indonesia untuk anak-cucu kita nantinya.











Referensi
          Wikipedia bahasa Indonesia
Budiono Herusatoto, 2000, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. 
Darori Amin,H. M (ed.). , 2000, Islam & Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media. 
Gatut Murniatmo,dkk, 2000, Khazanah Budaya Lokal, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar