KENTONGAN
SEBAGAI ALAT BERKOMUNIKASI TRADISIONAL
Disusun
oleh:
Titis
Dewo Sandy
14.M1.0056
Ilmu
Komunikasi
UNIVERSITAS
KATOLIK SOEGIJAPRANATA
FAKULTAS
ILMU HUKUM DAN KOMUNIKASI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Komunikasi adalah
interaksi manusia sebagai makhluk sosial yang pada
dasarnya tidak dapat hidup sendiri tanpa campur tangan manusia lainnya, untuk
menyampaikan pesan dengan pemahaman dan pernafsiran yang sama. Mulai dari kapan
manusia mampu berkomunikasi belum diketahui sampai saat ini, tidak ada data
autentik yang menjelaskan mengenai hal ini. Manusia mulai berkomunikasi
menggunakan lambang-lambang yang kemudian manusia mempunyai kemampuan untuk
mengartikan lambang-lambang tersebut melalui bahasa verbal.
Terlihat dalam
kehidupan manusia di masa lalu, usaha manusia yang ingin berkomunikasi lebih
jauh. Dari hal ini penulis ingin menyajkan salah satu bentuk komunikasi manusia
di masa lalu (tradisional), dalam menjalin komunikasi dengan manusia lain.
Bentuk komunikasi yang diangkat dalam tulisan ini adalah KENTONGAN.
KENTONGAN adalah alat
yang digunakan untuk berkomunikasi pada jaman dahulu dan sampai saat ini di
beberapa tempat masih ada yang menggunakannya. Kentongan pada dasarnya
digunakan untuk memberikan tanda kepada masyarakat ada di sekitar tempat bahwa
sedang terjadi sebuah peristiwa.
2. Tujuan
o
Menjelaskan komunikasi dan fungsi dari
komunikasi itu sendiri dalam kehidupan masyarakat di Indonesia
o Mengangkat serta memperkenalkan
kebudayaan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan penulisan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
diangkat adalah “ Mengapa kentongan
dianggap sebagai alat untuk berkomunikasi? “
4.
Manfaat
I.
Bagi Masyarakat
Dengan tulisan
ini penulis ingin memberikan sekaligus menaruh harapan kepada masyarakat untuk
menjaga dan melestarikan keberadaan Kentongan sebagai alat berkomunikasi.
II.
Bagi Akademisi
Dengan tulisan
ini penulis ingin memberikan dan menjelaskan kepada para akademisi sebuah kekayaan budaya di Indonesia
BAB 2
Pembahasan
A.
Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal
dari bahasa Latin communis yang
berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang
berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana
komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan
orang yang menerima pesan. Oleh
sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one
another). (Wikipedia bahasa Indonesia)
Komunikasi
adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam
situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap
atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan (Effendy, 2000 : 13).
Dalam perspektif sosiologi, makna
terpenting dalam komunikasi adalah pemahaman dan penafsiran yang sama terhadap
simbol-simbol, sehingga mungkin saja terjadi kontak sosial.
Sebuah definisi yang dibuat oleh
kelompok sarjana yang mengkhususkan diri pada masalah komunikasi antar manusia
(human communication) bahwa: “Komunikasi adala suatu transaksi yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan : membangun hubungan antar sesama
manusia melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkh laku
orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tinkah laku itu”.
Fungsi
Komunikasi
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai
fungsi komunikasi:
Menurut Thomas M Scheidel
Kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk
membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan.
Menurut Gordon I. Zimmerman et al
Menurut Gordon I. Zimmerman et al
Tujuan
komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk memberi
makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan
lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan
dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Menurut Rudolf F. Verderber
Komunikasi
mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi social, yakni untuk tujuan kesenangan,
untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan.
Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu pada saat tertent, seperti: apa yang akan kita makan
pagi hari, apakah kita akan kuliah atau tidak, bagaimana belajar menghadapi tes.
Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
Komunikasi
mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang
meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri
kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Unsur-unsur Komunikasi
Berdasarkan
perkembangan ilmu komunikasi unsur-unsur komunikasi terdiri sebagai berikut:
1. Sumber
Adalah pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam kelompok misalnya
partai, organisasi atau lembaga. Sumber biasa disebut juga komunikator atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau decoder.
2. Pesan
Adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat
disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
3. Media
Media yang dimaksud di
sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran
pesan yang dikirim oleh sumber Penerima bisa terdiri dari satu orang atau
lebih. Penerima biasa disebut komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut
audience atau receiver.
5. Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini
bisa tergantung dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. (De Fleur,
1982)
6. Umpan Balik
Adalah suatu bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh pesan yang
diterima.
B.
Kentongan
Pengertian dan Sejarah Kentongan
Kamus
Umum Bahasa Indonesia mengartikan kentongan atau kentung-kentung sebagai bunyi-bunyian yang berasal dari bambu
atau kayu berongga, dibunyikan atau
dipukul untuk menyatakan tanda waktu atau tanda bahaya atau mengumpulkan massa.
Kentongan atau kentungan sehubungan bunyinya “thung, thung (Jawa). Agak mirip
dari “Kamus Umum Bahasa Indonesia’ tersebut, dalam buku “Ensiklopedi Umum” menyebutkan
kentongan juga terbuat dari kayu atau bambu dengan panjang yang berbeda-beda.
Di tengah-tengah terdapat alur/rongga memanjang. Bila kentongan dipukul dengan
tongkat pemukul, udara di dalamnya beresonansi, sehingga memperkuat suara.
Kentongan ternyata memiliki sejarah panjang, kentongan ternyata
memiliki fungsi social dan religi. Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai
sebenarnya berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan
dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan
ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut
dibawa ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal
masehi.
Sedang di Indonesia tentunya memiliki sejarah penemuan yang
berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan
ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX
menggunakannya untuk mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan
Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Bahan untuk membuat kentongan dari banbu
atau kayu. Kentongan dari bahan kayu dapat dibuat berbentuk ikan, tubuh orang, kepala raksasa, dll. Bila dari
pangkal batang kayu atau bambu cenderung kentongan itu kecil. Diameter
kayu akan menentukan besarnya rongga,
berarti menetukan keras-lemahnya suara.
Besar-kecilnya
kentongan yang dipajang atau digantung di bagian depan rumah sangat erat
hubungannya dengan status social dan kekayaan seseorang. Rumah seorang Jagabaya
atau pemuka masyarakat akan terpasang kentongan cukup besar. Kentongan besar
dan indah akan menghiasi rumah adat, rumah joglo, dll.
Bila
pada siang atau malam hari terdengar bunyi kentongan, orang akan memberikan
perhatian padanya sambil dengan seksama menghitung tabuhan (pukulan) yang akan menyusul. Dari frekuensi
pukulan dengan irama yang berbeda untuk setiap peristiwa, diketahuilah apa yang
sedang terjadi dan strategi apakah yang harus disiagakan untuk menghadapinya.
Pada malam hari di pedukuhan-pedukuhan
terpencil para petugas ronda sering menyatakan kehadirannya melalui bunyi
tetekan (kothekan, Jawa). Peronda sering membawa kentongan yang terbuat dari bambu. Pejabat Pemerintah
Desa/Kalurahan di bidang keamanan
(Jagabaya, Jawa) sering membunyikan
kentongan tanda aman sekaligus menyatakan waktu.
Tanda
Bunyi Kentongan
Menyadari bahwa kentongan sebagai alat
komunikasi kurang diperhatikan warga masyarakat, serta dalam rangka
mensosialisasikan kentongan, maka Pemerintah Daerah di lingkungan DIY mengeluarkan
Instruksi Gubernur KDH-DIY nomor: 5/INST/1980 tertanggal 26 Mei 1980 tentang
tanda bunyi kentongan, sebagai berikut:
Keadaan
aman
Tanda
bunyi: ----- V ----- (doro muluk satu kali)
Artinya:
keadaan aman atau keadaan aman kembali.
Keadaan
siap /waspada
Tanda
bunyi: 0 0. 0 0. 0 0 dst (dua dua)
Artinya
:
1. Kemungkinan timbul bencana alam
/kejahatan.
2. Keadaan samar-samar /mencurigakan
3. Mempersiapkan diri.
Kejahatan
Khusus
Tanda
bunyi: 0 0 0. 0 0 0. 0 0 0 dst
(tiga-tiga).
Artinya: pertama, ada raja kaya (kerbau, sapi, kuda) hilang. Kedua, ada pencurian alat komunikasi. Ketiga, ada pencurian biasa /ringan.
Artinya: pertama, ada raja kaya (kerbau, sapi, kuda) hilang. Kedua, ada pencurian alat komunikasi. Ketiga, ada pencurian biasa /ringan.
Kejahatan
besar
Tanda
bunyi: 0000000. 0 – 0000000. 0 – 0000000 (tujuh gandul).
Artinya: pertama, ada penggedoran (perampokan). Kedua, ada pencurian dengan perlawanan. Ketiga, ada pembegalan/penjambretan. Keempat, ada pembunuhan (rajapati). Kelima, ada penjambretan dengan sepeda motor/kendaraan bermotor.
Artinya: pertama, ada penggedoran (perampokan). Kedua, ada pencurian dengan perlawanan. Ketiga, ada pembegalan/penjambretan. Keempat, ada pembunuhan (rajapati). Kelima, ada penjambretan dengan sepeda motor/kendaraan bermotor.
Bencana
Alam
Tanda
bunyi: 0000000000 (gobyok/titir).
Artinya: pertama, ada banjir biasa/lahar dingin. Kedua, ada angin topan/ribut. Ketiga, ada kebakaran. Keempat, ada tanah longsor. Kelima, ada gunung berapi meletus. Keenam, ada binatang buas.
Artinya: pertama, ada banjir biasa/lahar dingin. Kedua, ada angin topan/ribut. Ketiga, ada kebakaran. Keempat, ada tanah longsor. Kelima, ada gunung berapi meletus. Keenam, ada binatang buas.
Kematian
Tanda
bunyi: ----- V ----- , ----- V ----- (doro muluk 2 kali).
Artinya: ada orang meninggal dunia (layatan).
Artinya: ada orang meninggal dunia (layatan).
Kelebihan
Kentongan
Kentongan
dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan
masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara. Kentongan
dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu
bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli
bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga
sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus.
Kelemahan
Kentongan
Kentongan
masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai
alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan
tergesernya kentongan tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang
sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi
alat komunikasi utama dalam dunia modern ini. Walaupun moderenisasi sudah
menggeser pemakain kentongan dengan alat-alat canggih lainnya, namun kentongan
belum mampu tergantikan di dusun-dusun yang masih menjadikan alat ini sebagai
sarana pemanggil dan pemersatu masyarakat yang efektif.
BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Komunikasi memiliki banyak media dari
jaman dulu (tradusional) hingga sekarang (modern) tetapi tetap mempunyai tujuan
dan fungsi yang sama. Kentongan menjadi salah satu bentuk media komunikasi
jaman dulu (tradisional) yang hampir digunakan diseluruh nusantara. Bahkan
mungkin sampai sekarang ada beberapa daerah yang masih memanfaatkan kentongan
sebagai media komunikasi. Jaman dulu kentongan memiliki simbol-simbol dan mitos
yang melekat kuat¸ tidak hanya sebagai media berkomunikasi saja. Namun sekarang
dengan berkembangnya jaman, para generasi muda banyak yang tidak tahu bagaimana
cara menggunakan kentongan. Sekarang kentongan hanya digunakan sebagai
aksesoris rumah agar terlihat seperti rumah kuno dan menarik perhatian tamu.
Sebaiknya kita tetap menjaganya supaya tidak lenyap ditelan jaman karena
kentong merupakan salah satu sejarah/budaya komunikasi di Indonesia.
Saran
Sebagai sebuah warisa
budaya asli Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan keberadaan kentongan.
Walaupun di jaman modern ini sudah jarang ditemui kentongan sebagai alat/media
untuk berkomukasi, namun kita harus tetap menjaga keberadaan kentong sebagai
warisan budaya asli Indonesia untuk anak-cucu kita nantinya.
Referensi
Wikipedia bahasa
Indonesia
Budiono
Herusatoto, 2000, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita Graha
Widia.
Darori
Amin,H. M (ed.). , 2000, Islam & Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama
Media.
Gatut
Murniatmo,dkk, 2000, Khazanah Budaya Lokal, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar